Disini gua bakal post tentang apa itu EBI atau biasa di sebut dengan Ejaan Bahsa Indonesia. Ebi ini seperangkat aturan yang mana sudah diterapkan dalam KBBI jadi pada dasarnya sebagi warga negara yang baik kita harus mengguankan Bahasa yang Baik dan Benar mau itu ke yang lebih ats dari kita atau ke yang lebih dibawah dari kita jadi gunakanlah bahasa yang pas.
Seperti pada anak kecil masa kita menggunakan bahasa gaul sih contoh seperti yang di bawah ini
" Dek guwe tadi ngedate sama cowo guwe yang seper berengsek dan menjijikan itu " kata si kakak sambil mencomot makan yang ada di meja. dan si adek hanya bengong ria dengan ucapan si kakak.
Bayangin ama kalian si adek itu umurnya baru setahun dan belum mengerti apa apa udah di contohin yang buruk oleh kakaknya dengan mengucapkan kata-kata kotor begitu. so, kalian taukan mana yang bener dan mana yang salah atau contoh yang lebih ekstrem di bawah ini
" Kamu tau tidak aku tadi bertemu dengan si dia yang dulu pernah nyakitin aku " kata si kakak pada Kucing
hheheh... what
so kalian juga harus tau pada siapa kalian bicara masa iya sama kucing juga harus cerita, atau mau menggunakan bahsa yang bisa di mengerti kucing tau gunakan bahsa kucing sekalian. :)
Jadi pada intinya klain harus bedain bahasa yang baik dan buruk ketika berbicara entah itu ke ynag lebih tua sama kita atau sebaliknya. untuk lebih jelasnya silahkan diliat
MAKALAH
EJAAN BAHASA INDONESIA
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen : Diana Romdhoningsih, M.pd.

Oleh
AHMAD FARHANUDIN NIM 13021800042
NURHASANAH NIM 13021800007
Kelas : 2A PTI
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS KEGURUSAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BINA BANGSA
2019
Penulis
mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya ke segenap isi alam. Dengan rahmat tersebut, penulis
dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia ini. Meskipun masih
terdapat kekurangan, hal ini terjadi karena kealpaan penulis sebagai
manusia dengan banyak keterbatasan. Adapun judul makalah yang kami tulis
adalah “Ejaan Bahasa Indonesia”. Melalui makalah ini, penulis
menyampaikan tentang Ejaan Bahasa Indonesia. Mulai dari pengertian
ejaan, sejarah ejaan, penggunaan EBI pada tanda baca, singkatan, dan
akronim.
Dalam
penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik secara
moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih terhadap pihak yang telah membantu tersebut
semoga bantuan tersebut dibalas oleh Allah SWT.
Dalam
penulisan makalah ini penulis tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, untuk itu saran dan kritik dari pembaca yang bertujuan
demi kesempurnaan makalah ini penulis terima dengan kerendahan hati.
Akhirnya,
penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua agar
kita semua dapat mengetahui tentang Ejaan Bahasa Indonesia. Atas
segala kekurangan penulis mohon maaf dan mengucapkan terimaksih.
Serang, 21 Maret 2019
Penulis
Bahasa
memiliki peranan penting dalam kehidupan kita, bahasa terbagi dua,
pertama bahasa lisan dan kedua bahasa tulisan. Dalam makalah ini kami
akan membahas tentang bahasa tulisan yang diatur dalam Ejaan. Ejaan yang
berlaku saat sekarang ini adalah Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan Bahasa
Indonesia (EBI) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang
memiliki peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara
tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan
di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan
aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian masyarakat sehingga
proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan
benar.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, penulis merumuskan masalah yang akan dibahas antara lain:
1. Apa pengertian Ejaan Bahasa Indonesia?
2. Bagaimana sejarah perkembangan EBI?
3. Bagaimana cara penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan EBI?
4. Bagaimana cara penggunaan EBI yang benar pada pada singkatan dan akronim?
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Mengidentifikasi penggunaan yang benar dan baku
2. Mengidentifikasi penulisan kata yang benar sesuai dengan EBI
3. Untuk mengetahui penggunaaan kata Singkatan Akronim yang benar sesuai dgn EBI
4. Untuk mengetahui penggunaan tanda baca yang benar sesuai dgn EBI
Ejaan
adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran,
bagaimana menempatkan tanda-tanda baca, bagaimana memotong-motong suatu
kata, dan bagaimana menggabungkan kata-kata. Biasa juga seperangkat
aturan tentang cara bagaimana kita menuliskan bahasa dengan menggunakan
huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Ejaan itu sendiri
merupakan kaidah dalam bahasa yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa
untuk keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.
Ejaan
merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa
tulis.Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan
kejelasanmakna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu
lalulintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para
pengemudimematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang
tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara
pemakai bahasa dengan ejaan.
Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun dua puluhan.
Namun dari segi ejaan, bahasa indonesia sudah lama memiliki ejaan
tersendiri. Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah mengalami
perubahan sistem ejaan, yaitu :
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan
Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna
bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947. Ejaan ini merupakan
karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901). Ciri
khusus ejaan Van Ophuysen:
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
1. Huruf (u) ditulis (oe).
2. Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’
3. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas akhiran itu diberi tanda trema (”)
4. Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
5. Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)
6. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
a. Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
b. Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
c. Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)
Huruf
hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai
bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama
seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.Kebanyakan catatan
tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal
sebagai tulisan Jawi.
2. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi
Ejaan
Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini
disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem
ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k) misalnya kata’ menjadi katak.
4. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya ejaan, seekor, dsb.
5. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara. Contohnya :
a. Berlari-larian
b. Berlari2-an
6. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara. Contohnya :
a. Tata laksana
b. Tata-laksana
c. Tatalaksana
7. Kata
yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet)
dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya:
(putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).
3. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
Pada
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaian Ejaan yang disempurnakan. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan
Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena
penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober
1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah
ejaan yang lebih luas.
Nah sejak tahun 2015 berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50
Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan ini
menggantikan Ejaan yang Disempurnakan.
Berikut ini perubahan pemakaian huruf dalam tiga ejaan bahasa Indonesia:
Ejaan Van Ophuijsen
(1901-1947)
|
Ejaan Republik/
Ejaan Soewandi
(1947-1972)
|
Ejaan Yang Disempuurnakan (EYD)
(mulai 16 Agustus 1972)
|
Choesoes
|
Chusus
|
Khusus
|
Djoem’at
|
Djum’at
|
Jumat
|
Ja’ni
|
Jakni
|
Yakni
|
Pajoeng
|
Pajung
|
Payung
|
Tjoetjoe
|
Tjutju
|
Cucu
|
Soenji
|
Sunji
|
Sunyi
|
Singkatan adalah nama bentuk yang di pendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih. Misalnya : dll = dan lain-lain
Yth = yang terhormat
Akronim
adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.
Misalnya : SIM = Surat Ijin Mengemudi dan IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dalam Bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan, yaitu :
1. Angka Arab 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 dan
2. Angka Romawi : I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX,X
Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
1. Bilanagan utuh Misalnya : 15 dan Lima belas
2. Bilangan pecahan Misalnya : ¾ dan tiga perempat
3. Bilangan tingkat Misalnya : Abad II dan Abad ke-2
4. Kata bilangan yang mendapat akhiran-an. Misalnya : tahun 50-an dan lima puluhan
5. Angka
yang menyatakan bilangan bulat yang besar dapat dijeda sebagian supaya
mudah dibaca. Misalnya : Sekolah itu baru medapat bantuan 210 juta
rupiah.
6. Lambang
bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalua perlu
diupayakan supaya tidak diletakan diawal kaliamat dengan mengubah
struktur kalimatnya dan maknanya sama. Misalnya : Dua puluh lima siswa
SMA tidak lulus. (benar) dan 25 siswa SMA tidak lulus (salah)
7. Lambang
bilangan yang dapat dinyatakan denagn satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali beberapa dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian atau pemparan. Misalnya : Amir menonton pertunjukan itu dua
kali
2.4 Tanda Baca
1. Tanda Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat bukan pertanyaan atau seruan. Contoh : Ayahku tinggal di Solo.
b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Contoh : A.S. Kramawijaya
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Contoh : dr. (Dokter)
2. Tanda Koma ( , )
a. Tanda
koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan. Contoh : Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
b. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh
kata tetapi dan melainkan. Contohnya : Saya ingin datang, tetapi hujan.
3. Tanda Titik Koma (; )
a. Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian -bagian kalimat yang
sejenis dan setara. Contoh : Malam makin larut, kami belum selesai juga.
b. Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Contoh : Ayah
mengurus taman di kebun; ibu memasak di dapur; saya sedang menonton tv.
4. Tanda Titik Dua ( : )
a. Tanda
titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian. Contoh : Yang kita perlukan sekarang ialah
barang berikut : kursi, meja, dan TV.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Contoh :
i. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
5. Tanda Hubung ( - )
a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. Contoh :
... ada cara ba -
ru juga.
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris.
b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh : kemerah-merahan, anak-anak.
6. Tanda Pisah ( - )
a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
khusus di luar bangun kalimat. Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
khusus di luar bangun kalimat. Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
b.
Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian penemuan
ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan atom- tidak men
gubah konsepsi kita tentang alam semesta.
7. Tanda Elipsis ( ... )
a. Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
8. Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Contoh : Kapan dia pulang ke rumah?
b. Tanda
tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Contoh :
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
9. Tanda Seru (!)
Tanda
seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau
rasa emosi yang kuat. Contoh : Ayo Cepat!
10. Tanda Kurung ( )
a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.
b. Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan. Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud"
(nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962
c. Tanda
kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan.
Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup
saja. Misalnya: Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:
(a) alam,
(b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
(a) alam,
(b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
11. Tanda Kurung Siku ([... ])
a. Tanda
kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat
di dalam naskah asal. Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi
gemerisik.
b. Tanda
kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung. Misalnya: (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat
BabI] tidak dibicarakan.)
12. Tanda Petik ("... ")
a. Tanda
petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah,
atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama
tinggi di sebelah atas baris. Misalnya: "Sudah siap?" tanya Awal.
"Saya belum siap," seru Mira, "tunggu sebentar!"
b. Tanda
petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai
dalam kalimat. Misalnya: Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu
Masa.
13. Tanda Petik Tunggal ( ' ... ' )
a. Tanda
petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan
lain. Misalnya: Tanya Basri, "Kaudengar bunyi 'kring-kring'
tadi?"
b. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing Misalnya: rate of inflation ’laju inflasi’
14. Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa)
Tanda
ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan
pengulangan kata dasar. Misalnya: kata2, lebih2, sekali2
15. Tanda Garis Miring ( / )
a. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat. Misalnya: No. 7/PK/1973
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat. Misalnya: mahasiswa/mahasiswi.
16. Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ' )
Tanda
apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata. Misalnya: Ali 'kan
kusurati ('kan = akan) Malam 'lah tiba ('lah = telah).
Pada
dasarnya masyarakat kita telah memahami penggunaan kaidah tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi dalam pelaksanaannya
seringkali masyarakat dihadapkan pada situasi dan kondisi berbahasa yang
tidak mendukung, maksudnya ialah masyarakat masih enggan untuk
mengikuti kaidah tata bahasa Indnesia yang baik dan benar dalam
komunikasinya sehari-hari, masyarakat sering terdikte oleh aturan-aturan
tata bahasa yang salah, sehingga bermula dari kesalahan-kesalahan
tersebut dapat menjadi kesalahan yang sangat fatal dalam mengikuti
aturan-aturan ketata bahasaan yang akhirnya kesalahan tersebut menjadi
sebuah kebiasaan dan parahnya lagi hal tersebut menjadi membudaya dan di
benarkan penggunaan dalam keseharian, untuk itu sudah menjadi kewajiban
kita bersama untuk selalu mengingatkan kepada masyarakan untuk dapat
menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena
bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam proses pembangunan
karakter masyarakat dalam bangsa ini.
Sudah
selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar khususnya dalam bahasa tulis.
Dengan adanya penjabaran tentang pamakaian EBI diharapkan para pembaca
dapat memahami dan menerapkan penggunaan EBI dalam pembuatan suatu karya
tulis.Dan semoga penjabaran ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Finoza,
Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan.
Cetakan ke-16, revisi (3). Jakarta : Diksi Insan Mulia
http://www.ikhsanudin.co.cc/2009/05/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia
http://ibnuhasansibuan.wordpress.com/2011/03/06sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Yang_Disempurnakan
http://www.ikhsanudin.co.cc/2009/05/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia
http://ibnuhasansibuan.wordpress.com/2011/03/06sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Yang_Disempurnakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar